Pemuja Rahasia

Hari ini adalah hari pertamaku memasuki dunia perkuliahan. Aku merasa senang, tapi juga merasa deg-degan tuk mulai menapakkan kakiku di kampus yang selama ini aku impikan. Tapi sialnya, aku bangun kesiangan, sehingga aku terburu-buru dan bisa dikatakan AKU TERLAMBAT!
Sesampainya di kampus baruku, aku pun tergesa-gesa masuk. Payah! Semua ini gara-gara tadi malam aku nonton DVD sampai larut malam. Coba aku dengerin omongan ibuku untuk segera beristirahat agar esok hari aku bisa ceria dan bersemangat untuk bertemu dengan teman-teman baru di kampus baruku itu. Percuma aja aku nyesel…. Huuh…. Aku harus lari lebih kencang lagi ne…

BbRrruuuaaaaKkkk………………!!!!!
Tak sengaja aku menabrak seorang cowok, dan ternyata dia sama-sama mahasiswa baru seperti aku, dan kesamaannya lagi, ternyata dia juga datang terlambat. Akhirnya, kamipun segera berlari mencari kelas kuliah pertama kami. Memang sih, kami sempat kena semprot dosen saat ijin masuk karena terlambat. Tapi akhirnya, kamipun diperbolehkan juga mengikuti kuliah pertama kami ini. Huuuh… lega de rasanya. Tapi tetep aja capek karena lari-lari tadi.

Sejak tabrakan kami di hari pertama kuliah, akhirnya aku dan cowok itu menjadi teman akrab. Oh ya aku lupa belum mengenalkan nama cowok itu. Namanya Adit. Dia anaknya humoris abis. Jadi dia selalu berhasil membuatku tertawa disaat aku sedang mengalami masalah berat sekalipun.
Tak terasa, aku sudah melewati satu semester masa perkuliahan. Meskipun awalnya aku merasakkan pahitnya hari pertama perkuliahan, tapi aku sangat bahagia pada akhirnya.
“Woii..!! Nglamun aja kamu. Nglamunin apa sih Cha, siang-siang gini juga? Eh, aku pingin kasih tau kamu sesuatu nie. Mau denger ga Cha?” suara Adit yang sempet bikin aku kaget hingga membuyarkan lamunan panjangku tadi.
Setelah mendengar cerita Adit, aku bisa menangkap maksud dari apa yang dia ceritakan. Ternyata Adit sedang mengincar salah seorang cewek di kampus ini. Lalu dia pun meminta saran dari ku bagaimana Adit bisa mengambil hati gadis pujaannya itu. Dan akupun menjawab, “ Kalo kamu pingin menarik perhatian seorang cewek tu, kamu kudu jadi orang yang romantis. Misalnya aja kamu kasih dia bunga mawar, trus kamu kasih puisi-puisi romantis, trus… ya udah kamu ngomong ke cewek itu kalo kamu suka ama dia. Yaa… itu sih cuma usulan dari aku aja. Diterima syukur, ga terima ya aku juga ga rugi kok. Hehe….”. Dan ternyata Adit menerima dengan baik usulan dariku itu.
* * *
“Dit, aku pingin cerita neh. Tau ga, tadi pagi waktu aku mau berangkat ke kampus, aku tu nemuin bunga mawar di depan pintu rumahku. Gimana aku ga kaget? baru pertama kali ini aku nemuin mawar di depan pintu kayak gini.” Ujarku bersemangat sambil terengah-engah kerana abis nyari Adit kemana-mana buat cerita ini.
“Masa sih? Jangan bilang kamu punya pemuja rahasia? Cowok bego mana sih yang rela kasih bunga mawar ke cewek kayak kamu? Kasian banget aku ma tuh cowok.”
“ Maksud kamu apa dit? Kamu ngatain aku ya? Awas kamu dit! Emang nasib kamu ma cewek yang kamu kejar-kejar tuh gimana? Udah sejauh mana usaha kamu seminggu ini?”
“ Oh iya, untung kamu ingetin aku. Ini, aku kan tadi malem abis bikin puisi gitu buat tuh cewek, nah coba deh kamu baca dulu, trus kasih komentar ya?” kata Adit, sambil menyodorkan selembar kertas yang bertuliskan puisi ciptaannya itu.
“ Eemmm…bagus. Bagus banget kok dit. Ternyata kamu bakat juga ya jadi pujangga cinta. Ceileee…!” komentarku setelah membaca puisi Adit buat cewek incarannya itu.
“Serius kamu cha? Ya udah, thanks banget ya cha!” kata Adit sambil tiba-tiba ngeloyor pergi ninggalin aku.
“Eh puisi kamu ketinggalan nih!” teriak aku buat manggil Adit lagi buat ingetin dia kalo puisi dia masih ada di aku. Tapi kayaknya Adit udah ga denger lagi. Buktinya dia masih aja tetap ngeloyor keluar kampus.
* * *
Dan di hari setelah itu, aku juga mengalami kejadian yang sama, dan akupun bercerita kembali pada Adit, “ Dit, aku pingin cerita lagi nie. Tau ga, hari ini aku dapet bunga yang sama kayak kemaren. Kok aku jadi takut ya. Jangan-jangan ada orang yang mau teror aku lagi. Hiii…” Jelasku dengan gaya kayak orang ketakutan.
“Iya, orang itu mau terror cinta kamu. Ciee…!” ledek Adit.
“Apaan sih kamu dit? Ga lucu tau!” kataku kesal.” Eh, gimana perkembangan hubungan kamu ma cewek gebetanmu itu?”
“Ga tau juga, aku bingung. Kadang dia keliatan seneng, tapi kadang juga keliatan sebel gitu.” Jelas Adit sambil memasang muka bingung. “ Oh iya, aku minta saran lagi nih.” Katanya sambil mengeluarkan selembar kertas berwarna pink.
“Apaan? Puisi lagi?” tanyaku sambil menerima kertas dari Adit. Aditpun menganggukkan kepalanya, meng-iya-kan. Akupun segera membacanya.
“ Eemmm…Puisi kamu hari ini ada peningkatan kok dari hari kemarin. Lebih dalem aja kata-katanya. Yah, tingkatin terus deh buat selanjutnya. Btw, kamu tuh kayaknya salah jurusan deh. Harusnya kamu tuh masuk jurusan Sastra Indonesia, bukan jurusan sini.” Komentarku terlalu panjang.
“ Oke deh… Thanks ya cha!” kata Adit sambil berlari meninggalkan aku dan kertas puisinya. Yah, walaupun aku panggil namanya sekuat tenaga, dia pasti tidak mendengarku.
* * *
Sudah hampir seminggu aku tak pernah bertemu dengan Adit di kampus. Aku smspun, dia tak pernah membalasnya. Aku coba menelpon ponselnyapun selalu tak di jawabnya. Entah dia menghilang kemana, ato dia hilang ditelan bumi. Duh, aku pusing cariin dia. Padahal kan aku butuh dia. Aku pingin cerita banyak tentang si pengirim bunga mawar itu. Tapi, kayaknya kali ini aku hanya bisa memendam dalam hati yang terdalam.
“Duh dit, kamu tuh kemana aja sie. Kok ga jelas gitu sih kabar kamu?” pikirku dalam hati. “Kok aku jadi khawatirin kamu berlebihan gini sih Dit? Kamu tuh dimana? Aku kan pingin ketemu kamu, aku pingin becanda-becanda sama kamu. Dit, kenapa aku jadi kengen sama kamu sih?”. Pikiran aneh tiba-tiba muncul dalam benakku.
Memang sudah hampir satu minggu aku tak menemui Adit. Aku sudah menanyakan ke beberapa teman dekatnya, tapi merekapun tak mengetahui keberadaan Adit. Aku juga sempat mendatangi rumah Adit, tapi jawaban yang sama juga aku temui. Keluargnya tak mengetahui secara pasti kabar putra pertamanya itu. Mereka hanya mengetahui bahwa Adit sebelumnya pamit akan sibuk mengurusi tugas kerja Praktek dari kampusnya. Entah, sepertinya aku hanya bisa menunggu waktu saja. Aku hanya berharap, dia selalu baik-baik saja.
Sepulang dari rumah Adit, aku menelusuri jalan menuju rumahku dengan kaki lemas dan harapan yang tak pasti. Pikiranku tak karuan memikirkan kabar Adit.
Tiit…tit…tiiit…tit…, Nada sms ponselkupun berbunyi tiba-tiba hingga sempat mengagetkan dan membuyarkan pikiran yang tak pasti ini. Ku coba meraih ponsel yang ada dalam tasku. Aku pun segera membacanya…
‘Cha,bsk mlm km ad wkt g?q pgn crta ssuatu ni ma km.q pgn nyatain prasaanq ke cew yg q incar itu. Jd q butuh km bwt ksh smngat ke q. Qt ktmu di taman jm 7 mlm. Ok!’
Saat aku selesai membaca sms dari Adit itu, bukan perasaan senang yang aku rasakan karena aku sudah mengetahui kabar Adit, tapi malah airmataku mengalir dengan tak sadar. Perasaan sedih menyelimuti batinku, atau… jangan-jangan aku merasa cemburu dengan keputusan Adit untuk menyatakan perasaannya itu pada wanita pujaannya. Ga mungkin ah kalau aku mulai jatuh cinta pada Adit! Tidaaaaaakkk…….
* * *
Malam yang dijanjikan Aditpun kini sudah tiba. Perasaan yang tak seharusnya aku rasakan ini masih saja singgah dalam benakku. Aku merasa takut untuk kehilangan Adit. Aku merasa nyaman bila berada di dekatnya. Aku tak rela jika gadis lain merebut hatinya. Jahat sekali pikiranku ini. Aduuh… Kenapa perasaan ini tak bisa aku singkirkan?
Aku segera berjalan menuju tempat yang diminta oleh Adit untuk menemaninya menyatakan perasaan pada gadis pujaannya itu. Aku harap, sesampainya disana perasaan yang tak pantas hadir ini akan segera hilang, sehingga aku bisa memberi semangat pada Adit seperti yang ia inginkan.
“ Cha! Aku disini.” Suara Adit tiba-tiba memanggilku, dan akupun segera berjalan menuju asal mula suara itu. “ Thanks ya cha, kamu dah mau dateng ke sini. Aku bener-bener butuh semnagat dari kamu nih. Aku deg-degan banget Cha. Grogi banget.”
“Emang cewek kamu itu udah dateng? Mana?” tanyaku sambil celingukan mencari sosok gadis pujaan Adit itu di tengah keramaian taman kota. Tapi sepertinya, aku tak berhasil menemukannya.
“ Dia udah dateng kok cha. Tapi aku grogi menyiapkan kata-kata untuk membeli cinta di hatinya.” Kata Adit sok romantis.
“ Apa? Udah dateng!” kataku kaget. “ Trus kamu nunggu apa lagi? Kamu ga pingin tuh cewek disamber orang kan? Udah gih, cepetan sana!”
“ Iya..iya… Ya udah deh, aku temuin dia sekarang ya? Ya ampun, liat nih, keringatku segede jagung kayak gini. Pokonya kamu doain aku dari sini ya!”, jawab Adit dengan tingkah yang agak gugup.
Akhirnya, Aditpun meninggalkan aku, dan segera menuju ke tempat gadis pujaannya itu berada. Sebenernya, aku ingin sekali melihat peristiwa yang paling penting dalam kehidupan Adit ini. Tapi rasanya, aku tak sanggup. Dan akupun memutuskan untuk tetap berada di sini dan tetap mendoakan agar Adit mendapatkan apa yang terbaik bagi dirinya.
Detik demi detik, menit demi menit aku lalui dengan menunggu kabar dari Adit, dan dalam hatiku berharap agar Adit memutuskan untuk berubah pikiran. Memang pikiranku itu salah dan terlalu kejam, tapi itulah yang sedang aku rasakan sekarang. Aku mulai membayangkan, jika saja keinginan Adit itu benar-benar menjadi kenyataan, entah apa aku sanggup untuk menyaksikan mereka berdua setiap saat. Pasti perasaanku tercabik-cabik rasanya. Tapi aku harus melawan rasa sakit hati itu, dan aku harus bisa menerima kenyataan. Dan tak terasa airmataku sudah mengalir di pipiku. Membayangkan saja aku sudah tak kuat, apalagi nanti jika memang sudah terjadi di depan mataku. “Icha, kamu harus tegar menghadapi semua ini!” pikirku berusaha memberi semangat pada diriku sendiri.
“Icha!” panggil seorang cowok yang membuatku secara reflex menoleh pada sesosok lelaki itu. Ternyata lelaki itu adalah Adit. “ Icha, kamu kenapa? Kamu nangis ya?” lanjutnya. Ya ampun, ternyata karena reflexnya, aku lupa tidak mengusap aliran airmata di pipiku.
“Oooh, aku ga papa kok.” Kataku sambil mengusap airmataku. “ Adit, udah selesai misi kamu? Kok cepet banget. Trus gimana hasilnya? Sukses kan?” lanjutku dengan memasang mimik wajah yang semangat dan ceria.
“ Belum cha. “ jawab Adit datar. “ Nih aku sekarang mau menjalankan misiku itu.”
“ Trus, kenapa kamu kesini lagi kalo lum selesai?” kataku sambil mendorong tubuhnya. Tapi aku hanya berhasil menggeser tubuhnya tak lebih dari satu meter.
“ Karena gadis pujaanku itu sudah ada di dekatku.” Jelas Adit agak pelan.
Mendengar jawabannya itu, aku jadi bingung. Pandanganku langsung melihat ke arah sekitar Adit, dan mencoba mencari-cari dimana gadis itu berada.
“ Mana dit? Kok aku ga liat sih.”
“ Gadis itu udah ada di depan mataku.” Aditpun berhenti sejenak. “ Gadis itu adalah kamu cha.!”
Darahku tiba-tiba terasa mengalir sangat cepat ke ujung kepala. Aku merasa kaget mendengar kata-kata yang baru saja keluar dari mulut Adit. Aku mencoba untuk menenangkan diri.
“ Maksud kamu apa dit?” tanyaku menanggapi pernyataannya itu.
“ Yaa… Maksud akuu… Gadis pujaan yang selama ini aku ceritakan ke kamu itu… Dia adalah kamu cha.” Jawab Adit agak gugup. Jawabannya itu benar-benar membuatku teramat kaget dan agak tidak percaya. Dan akupun hanya sanggup terdiam tak berkata-kata. “ Kamu masih inget kan cha, waktu kamu kasih aku saran buat bisa mendekati gadis pujaanku itu? Kamu kan menyarankan aku untuk memberi bunga mawar dan puisi romantis. Setiap pagi, kamu sudah mendapatkan mawar itu kan? Dan aku juga udah kasih kamu puisi kan tiap kali aku minta saran tentang puisi itu?”
Aku benar-benar terkejut mendengar penjelasan Adit, “ Jadi, pengirim bunga mawar itu adalah kamu? Dan ternyata kamu emang sengaja ninggalin kertas puisi itu ke aku?” tanyaku meyakinkan keraguan atas penjelasan Adit. Mendengar pertanyaanku itu, Aditpun menganggukkan kepalanya, dan ia membenarkan segala ucapanku. “ Kamu jahat banget sih Dit, ngerjain aku kayak gini.” kataku agak kesal. Tapi tentunya, aku tak sanggup untuk marah ke Adit. Jujur, aku juga senang mendengar kata-kata Adit itu.
“ Gimana Cha? Apa kamu terima aku jadi cowok kamu?” katanya serius.
Dan aku tak percaya, kata-kata itu akhirnya keluar juga dari mulut Adit. Dan yang paling tak ku sangka, kata-kata itu di berikan ke aku. Hatiku mulai tersenyum, dan akupun tak bisa menutupi rasa bahagiaku kali ini. Dan akupun memberi jawaban kepada Adit, “ Aku persembahkan lagunya Nina Tamam buat kamu Dit.”
Ya…ya…ya… Aku terima. Dirimu jadi. Teman hidupku… .

0 Response to "Pemuja Rahasia"

.::[==BLOG BIASA TAPI GAK BANYAK GAYA GAK BANYAK PERNAK PERNIK YANG PENTING MENARIK==]::.